Mengembangkan Wirausaha Di Sektor Energi Alternatif Pada Era Industri 4.0
Perkembangan energi
alternatif semakin meningkat dengan mulai beralihnya penggunaan peralatan yang
berbasis alternative current (arus
bolak-balik) menjadi direct current
(arus searah). Perubahan tersebut disebabkan upaya untuk melakukan efisiensi energi,
sebagai gambaran peralatan elektronik pada saat ini apabila dikaji memiliki rangkaian
penyearah gelombang penuh yang terdiri dari jembatan dioda maupun penerapan
yang lebih sederhana dengan menggunakan rangkaian penyearah setengah gelombang.
Fungsi dari rangkaian penyearah gelombang tersebut adalah untuk mendapatkan
suplai arus searah (direct current)
dan meratakan arus yang sudah searah, sehingga peralatan elektronik dapat
bekerja dengan sinyal yang stabil serta meminimalisasi noise pada perangkat
elektronik. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dinyatakan bahwa untuk
mengoperasikan peralatan elektronik yang istilah umumnya disebut perangkat arus
lemah yang diperlukan adalah suplai arus direct current (dc), sedangkan suplai
energi listrik dari pembangkit listrik menggunakan alternative current (ac). Alasan penggunaan arus alternative current adalah jangkauan
penyaluran energi listrik jarak jauh dengan kabel serta pertimbangan
kemungkinan rugi-rugi daya pada saat pendistribusian dari pembangkit ke
konsumen. Berdasarkan kedua hal tersebut maka dapat diperhatikan bahwa dalam
setiap peralatan elektronika pada saat ini terdapat rangkaian pengkonversi arus
bolak-balik (alternative current)
menjadi arus searah (direct current),
yang kemudian disebut sebagai converter
ac ke dc.
Penggunaan rangkaian
pengkonversi arus ac ke dc dalam peralatan elektronika menjadi salah satu
penyebab berkurangnya efisiensi penyimpanan energi listrik. Sebagai contoh
dalam penyimpanan energi listrik dalam baterei atau accu maka energi listrik
yang tersimpan dalam baterei akan terpakai oleh peralatan pengkonversi sebesar 30
(tiga puluh) sampai dengan 40 (empat puluh) persen dari keseluruhan energi yang
tersimpan dalam baterei, hal ini berdasarkan perbandingan durasi waktu accu
dapat bertahan pada kondisi terisi penuh dengan beban peralatan listrik yang
menggunakan arus bolak-balik pada kondisi dengan pemberian beban peralatan listrik
yang menggunakan arus searah. Penyebab dari masalah tersebut adalah adanya
penambahan penggunaan rangkaian pengkonversi atau inverter yang menggunakan
lebih dari satu transformator dan beban peralatan listrik yang menggunakan
elemen pemanas, kumparan, dll.
Industri
4.0 secara sederhana merupakan industri yang menggabungkan antara otomatisasi
dengan teknologi cyber. Menurut berbagai sumber, Pemerintah memiliki
lima industri yang dijadikan fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia,
yaitu: Makanan dan minuman, Tekstil, Otomotif, Elektronik, serta Kimia. Lima
industri ini diharapkan dapat membawa pengaruh yang besar dalam hal daya saing
dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 (sepuluh) besar ekonomi
dunia pada tahun 2030. Kelima sektor tersebut yang dipilih menjadi contoh bagi
penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi baru
berbasis teknologi. Dari kelima bidang industri yang akan dikembangkan
pemerintah, salah satunya adalah bidang elektronika khususnya pada sub bidang
penyimpanan dan suplai energi listrik melalui baterei. Dalam hal ini energi
listrik yang disimpan dalam baterei diperoleh dari panel surya yang merupakan
salah satu konsep energi alternatif. Keberadaan konsep energi alternatif dengan
perangkat panel surya menjanjikan perubahan pada dua industri utama yaitu
otomotif dan elektro/elektronika. Pada industri otomotif melalui konsep
pengembangan mobil listrik, sedangkan pada sektor elektro/elektronika melalui
konsep pembangkit listrik sinar surya yang akan berimbas pada penggunaan arus
dc secara langsung dari sumber mengingat suplai energi yang diberikan langsung dari
panel surya berupa arus searah. Dua hal tersebut akan mengakibatkan perubahan
sebagai contoh pada sektor otomotif keberadaan depo isi ulang bahan bakar akan
diganti dengan depo energi listrik yang menyediakan isi ulang energi listrik,
sedangkan pada pembangkit listrik, perusahaan pembangkit listrik akan
tergantikan oleh keberadaan perusahan penyuplai energi arus searah melalui
panel surya maupun energi alternative lain, demikian pula transformator dan
komponen yang berkaitan dengan rangkaian penyearah arus bolak balik akan
berkurang penggunaannya dengan perubahan perangkat elektronika dengan
penggunaan arus searah. Perubahan pada dua sektor tersebut menjadikan peluang
penciptaan sektor wirausaha baru yang akan berimbas kepada pembukaan lapangan
pekerjaan baru.
Sejauh ini penerapan
industri 4.0 masih pada tahapan e-commerce atau perdagangan
secara elektronik, namun pada prakteknya masih melibatkan peran manusia dalam
pendistribusiannya. Hal tersebut berarti belum sepenuhnya ada aspek otomasi
didalamnya yang merupakan kriteria dari industri 4.0. Kedepan, keberadaan
perdagangan elektronik dalam bidang suplai energi alternatif seharusnya bisa diwujudkan
melalui otomasi dan teknologi cyber. Penerapan dan kombinasi antara teknologi
listrik wireless, solar cell, internet, dan e-commerce menjadi
kunci dari pengembangannya. Sebagai gambaran singkat, konsumen pengguna mobil
listrik dapat membeli isi ulang listrik melalui e-commerce. E-commerce akan
menjembatani komunikasi dan proses isi ulang antara depo isi ulang listrik
dengan konsumen. Konsumen akan mendapatkan token isi ulang, dengan token
tersebut konsumen dapat mengisi kartu token, selanjutnya kartu digunakan
sebagai keylock untuk memasukkan listrik kedalam baterei mobil. Depo isi ulang
akan mengirimkan listrik wireless melalui sinyal radio kepada sistem penerima
pada mobil listrik dengan menggunakan teknologi sistem transmisi daya wireless
(WPT).
Komentar
Posting Komentar