Senjata Api dengan Keylock Terenskripsi untuk Operasi Militer Melawan Strategi Guerrilla Warfare
Perang
gerilya menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Gerilya#
merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol yaitu guerilla yang berarti perang kecil. Perang gerilya merupakan perang
yang dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi, mengandalkan kecepatan, sabotase,
yang dilaksanakan dalam suatu kelompok kecil yang fokus dan efektif. Sedangkan
menurut buku Pokok-Pokok Gerilya karya A.H. Nasution, tujuan perang gerilya
adalah mengelabui, menipu atau melakukan serangan kilat. Taktik ini sangat
efektif untuk menyerang musuh dalam jumlah yang besar yang tidak menguasai
medan. Taktik perang gerilya juga dapat dilaksanakan dengan cara mengepung
tanpa terlihat serta dapat dilakukan dengan cara berpindah-pindah.
Meskipun
dinilai efektif menghadapi musuh dengan jumlah yang lebih besar, namun menurut pendapat
Mao Ze Dong yang dimuat dalam https://kolom.tempo.co/read/1157477/gerilya-rumor-dan-antigerilya,
perang gerilya tidak dapat membawa kemenangan terhadap lawan akan tetapi
sebatas melemahkan kekuatan lawan dengan mengurangi sumber daya yang dikuasai
oleh lawan, seperti perampasan senjata, melemahkan mental lawan, serta
perusakan terhadap instalasi militer lawan. Kemenangan mutlak hanya dapat
diaraih oleh tentara regular dalam perang konvensional. Namun berbanding
terbalik dengan pendapat Mao Ze Dong, salah satu perang gerilya yang terjadi di
Indonesia bahkan sanggup menaklukkan kota dan sekitarnya dalam peristiwa Serangan
Umum Surakarta atau Serangan Umum Empat Hari yang berlangsung tanggal 7 – 10
Agustus 1945 oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa. Dalam perang gerilya
tersebut tentara pelajar berhasil membumihanguskan dan menduduki markas-markas
musuh, dengan hasil menggoyahkan keyakinan parlemen Belanda atas kinerja
tentaranya dan memaksa mengakomodasi tuntutan delegasi Indonesia sebagai syarat
menghadiri Konferensi Meja Bundar (sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_Umum_Surakarta).
Strategi
anti gerilya, merupakan strategi yang bertujuan untuk memutus konektifitas pejuang
gerilya dari basisnya, melalui suatu tindakan politis, psikologis, ekonomis,
dan penerapan teknologi. Dalam artikel ini akan dibahas antisipasi perang gerilya
yang memiliki karakter ofensif bergaya hit and run, dihadapkan pada penerapan
teknologi kriptografi pada persenjataan.
Beberapa
kasus yang belakangan kerap terjadi sampai dengan akhir tahun 2020 pada wilayah
rawan konflik dan wilayah separatisme adalah kasus perampasan senjata milik
aparat keamanan oleh oknum pengacau keamanan, yang merupakan bukti keberhasilan
metode perang gerilya yang dijalankan oleh pihak yang berseberangan dengan
pemerintah. Berdasarkan maraknya kasus perampasan senjata dan berujung pada
penambahan kekuatan lawan, maka sudah semestinya terdapat penyematan teknologi
pada desain senjata yang digunakan dalam wilayah konflik. Diantaranya adalah pemanfaatan
ilmu kriptografi melalui penggunaan keylock
digital dengan enkripsi. Sehingga apabila terdapat kejadian perampasan senjata
oleh pihak lawan yang menerapkan strategi perang gerilya, maka senjata tersebut
tidak dapat dipergunakan oleh lawan. Senjata rampasan tersebut hanyalah menjadi
barang mati yang tidak dapat dimanfaatkan oleh musuh.
Pengertian
kriptografi dan enkripsi (menurut Janner Simamarta, Sriadhi, dan Robbi Rahim dalam
buku Kriptografi Teknik Keamanan Data dan Informasi) merupakan seni dan ilmu
dalam menjaga keamanan pesan. Sedangkan orang yang menggunakannya disebut
sebagai kriptografer. Tujuan dari kriptografi adalah memberikan tingkat keamanan kepada sebuah sistem. Sedangkan enkripsi
merupakan sebuah teknik atau proses untuk menyembunyikan suatu pesan.
Gambar
1: Senjata senapan serbu produksi PT.Pindad.
Sumber gambar: https://www.pindad.com/top-senjata-sniper-dan-pistol-buatan-pindad-dilirik-laos
Gambar 2:Senjata sniper penembus tank produksi PT.Pindad.
Gambar
3: Bagan dari senapan AK-47
Tuas selektor pada senapan serbu maupun AK-47
merupakan bagian utama dari penerapan metode keylock terenskripsi. Fungsi selektor pada senapan berupa tuas
untuk memilih mode safe, mode tunggal,
ataupun mode otomatis. Mode safe,
merupakan mode yang memposisikan senapan dalam kondisi yang tidak dapat
menembakkan peluru. Sejauh ini beberapa senjata menerapkan tuas selektor yang
bekerja secara manual dan dapat dioperasikan oleh siapapun pemegang senjata
tersebut.
Solenoid door lock sebagai aktuator, yang bekerja sebagai pengunci dan aktif ketika diberi tegangan 12 volt. Pada solenoid terdapat kawat yang melingkar pada inti besi, ketika arus listrik mengalir pada kawat maka terjadi medan magnet yang kemudian menghasilkan energi yang akan menarik inti besi ke dalam.
bersambung...................
Komentar
Posting Komentar