Nilai Luhur Dalam Simbol Perguruan Silat Perpi Harimurti


llambang logo Perpi Harimurti (Perguruan Pencak Indonesia Harimurti)

Perguruan silat Perpi Harmurti merupakan kependekan dari Perguruan Pencak Indonesia Harimurti diresmikan tahun 1932 oleh murid dari R.M Harimurti yaitu Sukowinadi. R.M Harimurti merupakan aktifis dalam organisasi kepemudaan Pergerakan Budi Oetomo, sehingga aktifitasnya sebagai pengajar bela diri dipantau ketat oleh Polisi Hindia Belanda.  Untuk menghindari kecurigaan Polisi Hindia Belanda maka R.M Harimurti menutupi gerakan dalam pelatihan silat dengan gerakan tari klasik sehingga beliau lebih dikenal sebagai ahli tari klasik dikalangan keraton Kasultanan Yogyakarta. Dalam akhir hayatnya R.M Harimurti menjabat sebagai Komandan Pasukan Pengawal Keraton Yogyakarta dan meninggal pada tanggal 18 September 1962.
Pada tahun 1932 R.M Harimurti mendelegasikan perguruan pencak tejokusuman kepada Sukowinadi dan perguruan pencak tejokusuman resmi menggunakan nama Perpi Harimurti. Sukowinadi pada masa revolusi kemerdekaan merupakan perwira dalam brigade ke-10 yang ikut terjun dalam perang di Ambarawa. Sukowinadi juga terkenal dengan julukannya sebagai pendekar berkaki linggis dikarenakan tendangan kaki kirinya yang sangat keras dan cepat, beliau pernah mengalahkan sepuluh orang tentara jepang secara bersamaan.
Pada tahun 70-an perguruan Perpi Harimurti dikenal dalam perannya dalam beberapa film layar lebar seperti November 1828, Api Di Bukit menoreh, dan Panji Tengkorak. Sukowinadi meninggal pada tanggal 26 Juni 2004 dan dimakamkan di Sawahan, Bantul.
Pada Tahun 1974 salah satu murid perpi harimurti mulai membuka cabang di Kota Malang dipimpin oleh Sudihartono Dwijosubroto di wilayah Kelurahan Gading dan Kelurahan Pisang Candi Tahun 1987, pada masa tersebut perguruan Perpi Harimurti kerap mengisi acara budaya, peringatan suro, maupun berbagai macam even yang diselenggarakan oleh IPSI Kota Malang. Perguruan Perpi Harimurti sempat membuka cabang di Lampung namun cabang Malang kemudian mengalami vakum pada tahun 1998. Pada Tahun 2016 perguruan Perpi harimurti kembali merintis membuka latihan di tingkat sekolah dasar yaitu di SD Lowokwaru 1 Kota Malang.
Asas perguruan Perpi Harimurti yang tertera dalam simbol Perpi Harimurti adalah sebagai berikut:
Keseluruhan simbol merupakan lambang dari manusia dan asal usulnya yang terdiri dari empat unsur dan satu wadah/wadag atau dalam ajaran jawa disebut sebagai sedulur papat lima pancer. (1)Matahari atau api berkobar merupakan simbol dari unsur sari sarinya api yang berwarna merah atau disebut sebagai pahing memiliki sifat baik berani dan sifat buruk berupa amarah yang tidak terkendali, (2)Perahu tanah melambangkan unsur sari sarinya bumi yang merupakan unsur berwarna hitam atau wage memiliki sifat baik teguh dan memiliki sifat buruk kaku, kasar, dan keras hati, (3)Layar yang bergerak ditiup angin merupakan simbol sari sarinya angin berwarna kuning bersifat cerdik, lincah dan bersifat buruk serakah atau tamak, (4)Ombak atau gelombang air melambangkan sari sarinya air berwarna putih bersifat tenang namun waspada dan bersifat buruk perasa dan enggan dengan hal yang membuat kotor, (5)Teratai melambangkan wadag manusia atau jasmani yang bisa menjadi kotor ataupun bersih bergantung pada empat unsur sudah dibersihkan sifat buruknya atau belum sehingga akan muncul sifat yang baik saja guna mencapai budi pekerti yang luhur, (6)Warna ungu dalam dua warna tua dan muda mengisi separuh teratai melambangkan manusia bergerak atau menjalani hidup bergantung kepada isi dari dirinya sendiri yaitu dilambangkan berwarna ungu tua dan ungu muda melambangkan cahaya Allah yang mengisi dan menuntun hidup wadag manusia tersebut. Sehingga setiap perilaku dari murid Perpi Harimurti semestinya mampu untuk mengurangi sifat buruk dari unsur penyusun hidup manusia sehingga dapat mengarahkan hidupnya pada nafsu yang baik sehingga bermanfaat bagi sesama dan lingkungannya.
Dalam proses untuk mencapai manusia berbudi pekerti luhur yang kemudian disebut sebagai Satria Utama dalam ajaran jawa diperlukan suatu ilmu yang disebut sebagai Sastra Jendra Pangruwating Diyu atau membersihkan empat unsur yang berada dalam tubuh manusia. Untuk mencapai tersebut diperlukan fisik atau raga yang sehat terlebih dahulu sebab hanya dengan raga yang sehatlah melalui olah raga maka dapat menuju latihan pikiran yang sehat yang disebut olah pikir, dan selanjutnya melalui tingkatan yang lebih tinggi yaitu olah rasa mengolah dan meruwat atau membersihkan sifat buruk dan memunculkan sifat baik serta selanjutnya menyatu atau manunggal dengan cahaya sang pencipta sehingga dalam kesehariannya menjadi manusia berbudi bawaleksana seorang satria utama.
Demikianlah inti sari ajaran silat perguruan Perpi Harimurti yang terkandung dalam simbol perguruan silat Perpi harimurti, latihan fisik atau olahraga atau olah gerak dalam silat merupakan dasar dari pencapaian tingkatan yang lebih tinggi yaitu memahami ilmu sejati. Dalam cerita legenda digambarkan bahwa satria memiliki senjata panah yang dapat diartikan pikiran lan manah atau pikiran dan hati atau rasa, sehingga pencapaian dalam menguasai senjata panah tersebut merupakan modal utama untuk membuka pemahaman ilmu yang lebih luas lagi yaitu mengenal asal usul manusia guna mencapai budi pekerti yang luhur.

Sumber ; (1)PerpiHarimurti wordpress.com, (2)Ajaran Perpi Harimurti Cabang Malang
gubuklangit.wordpress.com
back to home

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Upaya Peningkatan Kinerja Melalui Penerapan Teknologi Informasi pada Pelaksanaan Program dan Kegiatan

Penerapan Koperasi Digital Pada Era Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0

Minilab Bahasa Indonesia Digital Sebagai Alat Komunikasi Universal Pemersatu Beragam Suku Bangsa Di Indonesia